Selasa, 13 Maret 2012

SISTEM INJEKSI

SISTEM INJEKSI



Sistem pasokan bahan bakar injeksi pada sepedamotor, meski pelan namun pasti, segera menggantikan sistem karburasi. Di Indonesia, merek-merek besar seperti Honda sudah merintisnya pada Supra 125 tiga tahun lalu (2005). Menyusul kemudian Yamaha melalui V-ixion 2007 dan terakhir Suzuki menambah varian Shogun dengan memakai teknologi injeksi.
Salah satu hal menarik dari motor berteknologi injeksi saat ini, perbedaan harganya dengan model karburator tidak terpaut jauh. Sebagai contoh, Honda Supra injeksi lebih mahal Rp 1.250.000 dengan yang karburator. Lebih tipis lagi Suzuki Shogun, antara yang injeksi dan karbu selisih Rp 725.000.
Tren motor-motor di bawah 200 cc, silinder tunggal menggunakan injeksi tak hanya terjadi di Indonesia. Di India yang merupakan produsen dan konsumen sepeda motor nomor dua di dunia, juga sudah menerapkannya.
Tak kalah menarik, produsen komponen komputer di India, semisal Infineo telah membuat chip  ECU  khusus sepeda motor dengan harga murah. Jangan kaget, tahun depan makin banyak motor menggunakan sistem injeksi. Perkembangan ini bukan hanya untuk memenuhi standar emisi yang makin ketat, juga menarik konsumen dengan konsumsi bahan bakar lebih irit. Di samping itu, juga ada tren di di kalangan konsumen muda yang lebih menyenangi motor dengan teknologi mutakhir.
i-Beat
Faktor lain yang membuat harga sistem injeksi makin kompetitif untuk sepeda motor, makin gencarnya pengembangan dilakukan oleh perusahaan yang selama ini mengkhususkan diri pada pembuatan karburator. Mikuni misalnya, pada 2004 meluncurkan sistem injeksi yang mereka sebut DCP (Discharge Pump) dengan merek dagang “i-Beat”. Menurut perusahaan tersebut, sistem injeksinya telah digunakan oleh Suzuki.
Kenyataanya, Yamaha juga menggunakan sistem injeksi Mikuni untuk V-ixion. Kelebihan sistem injeksi Mikuni, pompa bensin, regulator bahan bakar dan injektor dijadikan satu unit. Selain menjadi lebih kompak, jumlah komponen juga lebih sedikit.
Berkenaan dengan digunakan sistem injeksi terbaru Mikuni untuk kompetitor  Honda (Suzuki dan Yamaha), produsen motor terbesar dunia itu, merancang ulang PGM-FI. Kini Honda telah menggunakan PGM-FI pada skutik bermesin 50 cc. Menurut Honda, sistem injeksi terbaru ini, nantinya akan digunakan pada motor 125 cc yang dipasarkannnya di berbagai  negara.
Perbedaan sistem injeksi Mikuni  dengan Honda cukup mencolok.  Pada DCP Mikuni, pompa bensin tidak lagi dipasang di tangki, tetapi saluran isap. Pompa menjadi satu unit dengan injektor dan regulator. Pemasangannya pun dekat katup gas (throttle body). Sedangkan Honda – sama dengan yang diterapkan pada mesin mobil - pompa bensin di tangki. Mikuni menyebutkan  sistem injeksi Honda tersebut konvensional.
Pada sistem lama atau Honda, salah satu parameter pengaturan penyemprotan bahan bakar dilakukan dengan menjaga tekanan bahan bakar secara konstan oleh pompa dan regulator. Dengan cara barunya, sistem injeksi Mikuni menyemprotkan bahan bakar ke mesin sesuai dengan kebutuhan mesin. Hal tersebut dilakukan  bersama-sama oleh pompa, regulator dan injektor yang bekerja secara modul. Karena pompa menyatu dengan injektor dan berada dekat katup, kerja pompa lebih ringan. Konsumsi listriknya lebih rendah. Tambahan dari sistem Mikuni adalah kapasitor  yang digunakan sebagai driver.
Dengan cara di atas, sistem jadi lebih ringkas dan kompak. Harganya lebih murah karena tidak memerlukan slang bertekanan tinggi dan tentu saja tidak perlu lagi melakukan modifikasi  pada tangki bensin untuk pompa.

Pengembangan yang dilakukan Honda pada PGM-FI adalah memperkecil ukuran komponen.  Fitur baru Honda  adalah kontrol starter  dan PGM-FI dikemas dalam satu ECU 32 bits atau  3,5 lebih cepat dibandingkan dengan CPU 16 bits. Ukuran ECU ini mengecil sampai 21%. Hal yang sama juga dilakukan pada injektor dan pompa bensinnya.   Kalau sudah begini, kendala injeksi dari segi harga dan adopsi tak ada lagi! Tinggal menghitung hari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar